Rabu

Apa itu saham?


Secara umum Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Membeli suatu saham berarti anda telah memiliki hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Sehingga  Anda berhak atas keuntungan perusahaan dalam bentuk dividen, pada suatu  periode pembukuan perusahaan. Seiring dengan hak yang diterima, maka melekat pula kewajiban atas perusahaan yaitu ikut menanggung kerugian apabila perusahaan bangkrut, mengalami penurunan aset atau penurunan harga saham di pasaran.

Apa keuntungan dari saham?
Selain kemungkinan keuntungan dari pembagian deviden, pemegang saham juga bisa mendapat keuntungan dari kenaikan harga saham.

Bagaimana saham bergerak? Next...

Jenis-jenis grafik (chart) dalam saham.


Grafik bertujuan untuk melihat dengan lebih mudah pergerakan harga saham dalam suatu periode tertentu. Ada banyak jenis grafik dalam saham seperti: Line chart, candlestick chart, barchart, renko chart, kagi, dll. Namun disini saya akan menjelaskan grafik yang umum dipakai dalam analisa saham, yaitu:
 
1.    Line Chart
Sesuai dengan namanya, grafik ini hanya ditunjukkan dengan garis. Biasanya harga yang dipakai adlah harga penutupan (close). Kekurangan dari grafik ini adalah kita tidak bisa melihat pergerakan harga (volatility) dalam satu hari.

contoh linechart


2.    Candlestick Chart
Grafik ini berbentuk seperti batang lilin dengan sumbu. Adapaun cara membaca candlestick adalah.

candlestick naik


candlestick turun





Dengan grafik ini kita bisa melihat pergerakan harga dalam satu hari atau satuan waktu tertentu seperti open, low, close, hight.

contoh candlestick chart

3.    Bar Chart
Hampir sama dengan candlestick chart, dengan grafik ini kita juga bisa melihat pergerakan harga. Namun yang membedakan, grafik ini berbentuk seperti garis tegak.

bar naik


bar turun





 contoh barchart


Para Pelaku Pasar.



Ada banyak pihak yang terlibat dalam aktifitas bursa saham, tetapi secara umum ada 5 pihak utama dalam aktifitas bursa saham.

Antara lain:

1.    Emiten/Perusahaan Terbuka
2.    Penjamin emisi (underwriter)
3.    Pialang/Broker/Perantara Perdagangan
4.    Manajer Investasi (Fund Manager)
5.    Investor

Namun secara umum yang menggerakkan harga saham di bursa dapat kita golongkan menjadi dua yaitu Penjual  (Seller) dan Pembeli (buyer)

Jenin-jenis trend dalam bursa saham


Tren dalam bursa saham terbagi dalam 3 fase:

1.    Uptrend
Kondisi uptrend (bullist) terjadi ketika kekuatan beli (buyer) lebih kuat dari minat jual (seller). Hal ini akan mendorong harga terus naik, tentunya kenaikan harga tidak terus lurus keatas tetapi dalam perjalananya akan ada tekanan jual dari pelaku pasar yang profit taking. Namun secara keseluruhan minat buyer lebih kuat. 
Hal ini bisa kita gambarkan seperti berikut:

 
2.    Sideways (konsolidasi)
Kondisi ini terjadi ketika kekuatan beli berimbang dengan kekuatan jual. Secara psikologis pelaku pasar masih menunggu. Apakah sentimen negatif atau positif yang akan muncul.



3.    Downtrend
Kondisi downtrend (bearist) terjadi ketika kekuatan jual (seller) lebih kuat dari minat beli (buyer). Hal ini akan mendorong harga terus turun, tentunya penurunan harga tidak terus lurus kebawah tetapi dalam perjalananya akan ada tekanan beli dari pelaku pasar. Namun secara keseluruhan minat seller lebih kuat. Hal ini bisa kita gambarkan seperti berikut:



Bagaimana mendapatkan keuntungan dari trading saham?



Jika pertanyaannya seperti itu, maka jawabanya adalah beli di harga murah, jual di harga mahal. Apakah jawabanya seperti itu? Ya, memang jawabannya seperti itu. Mungkin kita berpikir itu sebuah jawaban yang konyol, nenek-nenek juga tahu itu. Tapi memang harus begitu.
Tapi pertanyaan berikutnya adalah “ kapan harga dianggap murah, dan kapan dianggap mahal”. Nah, berikut akan saya sampaikan beberapa analisa yang biasa dipakai para pelaku pasar saham dalam menilai suatu saham.

Ada beberapa analisa yang umum dilakukan untuk menilai suatu harga dianngap murah atau mahal. 

1.    Analisa Fundamental (Fundamental Analisys)
Analisa saham secara fundamental biasanya dipakai oleh para investor. Dalam artian merencanakan investasi saham secara jangka panjang (umumnya 2 tahun keatas). Data ini diperoleh berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala (biasanya perkwartal). Ada banyak faktor yang dipertimbangkan dalam menganalisa saham secara fundamental seperti: EPS, PER, PBV, ROE, ROA, DER, Pertumbuhan Pendapatan, dll. Namun secara umum ada beberapa faktor digunakan dalam analisa, diantaranya:
 
a.    EPS
EPS (Earnings Per Share) adalah keuntungan yang dihasilkan perusahaan dalam setiap lembar sahamnya. Nilai ini tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus dilihat berapa besar kenaikan tiap tahunya secara historis. Biasanya 5 tahun kebelakang.

Rumus:
EPS = Net Profit / jumlah lembar saham

b.    PER
PER (Price Earnings Ratio) adalah rasio harga saham terhadap laba perlembar saham. PER ini biasanya dijadikan pertimbangan untuk menghitung tingkat pengembalian modal yang telah diinvestasikan terhadap suatu saham.

Rumus
PER: Harga saham : EPS

Jadi semakin kecil nilai PER nya, maka semakin baik untuk investasi. Secara umum PER yang baik dibawah 10x.
c.    PBV
PBV (Price to Book Value) adalah  rasio harga saham terhadap nilai buku perlembar saham.
Rumus:
PBV = Harga Saham : Nilai Buku (book value)

Semakin kecil nilainya semakin baik (asumsinya semakin murah).
Nilai dari perhitungan diatas tidak dapat berdiri sendiri karena harus diperhitungkan juga mengenai proyeksi pertumbuhan perusahaan dimasa depan.

2.    Analisa Teknikal (Technical Analisys)
Berbeda dengan Fundamental Analisys yang menitik beratkan pada kondisi perusahaan dan prospek perusahaan, Tecknical Analisys (TA) lebih terfokus pada pergerakan harga saham dipasaran. Biasanya analisis ini digunakan oleh para Trader. Ada banyak metode dan indikator untuk menentukan apakah harga saham saat ini dianggap murah atau mahal.
Beberapa indikator yang umum digunakan dalam analisa, diantaranya sebagai berikut:

1.    Moving Average (MA)
Adalah indikator yang menghitung nilai rata harga saham pada periode tertentu. Umumnya yang digunakan adalah harga penutupan (close). Cara menggunakan indikator ini biasanya kita ambil posisi BUY ketika harga penutupan memotong garis MA dari bawah keatas dan posisi SELL ketika harga penutupan memotong garis MA dari atas ke bawah .


2.    MACD (Moving Average Convergence/Divergence)
Adalah indikator dengan menggabungkan beberapa Moving Average dengan periode yang berbeda. Indikator ini memakai tiga garis yaitu garis MACD, garis Signal dan garis datar dengan nilai 0. Adapun balok histogram menunjukkan nilai selisih antara garis MACD dan garis Signal. Cara menggunakan indikator ini adalah kita ambil posisi BUY ketika garis MACD memotong garis signal dari bawah keatas (golden cross) dan posisi SELL ketika garis MACD memotong garis Signal dari atas ke bawah (death cross)


3.    RSI (Relative Strenght Index)
Ada beberapa cara penggunaan indikator ini dalam mendapatkan momentum untuk beli maupun jual. Salah satu diantaranya adalah ketika garis RSI memotong garis 50 dari bawah keatas, maka kita ambil posisi BUY dan sebaliknya bila garis RSI memotong garis 50 dari atas ke bawah, maka saatnya kita lakukan SELL.


Selain analisa yang disebutkan diatas ada hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipelajari adalah Money Management dan Trading Psycology.