Jika
pertanyaannya seperti itu, maka jawabanya adalah beli di harga murah, jual di
harga mahal. Apakah jawabanya seperti itu? Ya, memang jawabannya seperti itu.
Mungkin kita berpikir itu sebuah jawaban yang konyol, nenek-nenek juga tahu itu.
Tapi memang harus begitu.
Tapi
pertanyaan berikutnya adalah “ kapan harga dianggap murah, dan kapan dianggap
mahal”. Nah, berikut akan saya sampaikan beberapa analisa yang biasa dipakai
para pelaku pasar saham dalam menilai suatu saham.
Ada beberapa analisa
yang umum dilakukan untuk menilai suatu harga dianngap murah atau mahal.
1. Analisa
Fundamental (Fundamental Analisys)
Analisa
saham secara fundamental biasanya dipakai oleh para investor. Dalam artian
merencanakan investasi saham secara jangka panjang (umumnya 2 tahun keatas). Data
ini diperoleh berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala
(biasanya perkwartal). Ada banyak faktor yang dipertimbangkan dalam menganalisa
saham secara fundamental seperti: EPS, PER, PBV, ROE, ROA, DER, Pertumbuhan
Pendapatan, dll. Namun secara umum ada beberapa faktor digunakan dalam analisa, diantaranya:
a. EPS
EPS (Earnings Per Share)
adalah keuntungan yang dihasilkan perusahaan dalam setiap lembar sahamnya.
Nilai ini tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus dilihat berapa besar kenaikan
tiap tahunya secara historis. Biasanya 5 tahun kebelakang.
Rumus:
EPS = Net Profit /
jumlah lembar saham
b. PER
PER (Price Earnings Ratio)
adalah rasio harga saham terhadap laba perlembar saham. PER ini biasanya
dijadikan pertimbangan untuk menghitung tingkat pengembalian modal yang telah
diinvestasikan terhadap suatu saham.
Rumus
PER: Harga saham : EPS
Jadi semakin kecil nilai
PER nya, maka semakin baik untuk investasi. Secara umum PER yang baik dibawah
10x.
c. PBV
PBV (Price to Book Value)
adalah rasio harga saham terhadap nilai
buku perlembar saham.
Rumus:
PBV = Harga Saham :
Nilai Buku (book value)
Semakin kecil nilainya
semakin baik (asumsinya semakin murah).
Nilai dari perhitungan
diatas tidak dapat berdiri sendiri karena harus diperhitungkan juga mengenai
proyeksi pertumbuhan perusahaan dimasa depan.
2. Analisa
Teknikal (Technical Analisys)
Berbeda
dengan Fundamental Analisys yang menitik beratkan pada kondisi perusahaan dan
prospek perusahaan, Tecknical Analisys (TA) lebih terfokus pada pergerakan
harga saham dipasaran. Biasanya analisis ini digunakan oleh para Trader. Ada
banyak metode dan indikator untuk menentukan apakah harga saham saat ini
dianggap murah atau mahal.
Beberapa
indikator yang umum digunakan dalam analisa, diantaranya sebagai berikut:
1.
Moving
Average (MA)
Adalah indikator yang
menghitung nilai rata harga saham pada periode tertentu. Umumnya yang digunakan
adalah harga penutupan (close). Cara menggunakan indikator ini biasanya kita
ambil posisi BUY ketika harga penutupan memotong garis MA dari bawah keatas dan
posisi SELL ketika harga penutupan memotong garis MA dari atas ke bawah .
2.
MACD
(Moving Average Convergence/Divergence)
Adalah indikator dengan menggabungkan
beberapa Moving Average dengan periode yang berbeda. Indikator ini memakai tiga
garis yaitu garis MACD, garis Signal dan garis datar dengan nilai 0. Adapun
balok histogram menunjukkan nilai selisih antara garis MACD dan garis Signal.
Cara menggunakan indikator ini adalah kita ambil posisi BUY ketika garis MACD
memotong garis signal dari bawah keatas (golden cross) dan posisi SELL ketika
garis MACD memotong garis Signal dari atas ke bawah (death cross)
3.
RSI
(Relative Strenght Index)
Ada beberapa cara penggunaan indikator
ini dalam mendapatkan momentum untuk beli maupun jual. Salah satu diantaranya
adalah ketika garis RSI memotong garis 50 dari bawah keatas, maka kita ambil
posisi BUY dan sebaliknya bila garis RSI memotong garis 50 dari atas ke bawah,
maka saatnya kita lakukan SELL.
Selain analisa yang
disebutkan diatas ada hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipelajari
adalah Money Management dan Trading Psycology.